Trenggalek ialah kabupaten kecil, indah serta menarik. Banyak obyek wisata khas berada disana. Kabupaten yang kaya kemampuan wisata menarik yang bisa jadi opsi buat didatangi, baik wisata alam ataupun wisata budaya. Salah satu budaya yang terus dilestarikan oleh masyarakat Trenggalek merupakan Upacara Adat bersih Dekameter Bagong ataupun lebih diketahui dengan istilah Tradisi Nyadran di Dekameter Bagong. Upacara adat ialah salah satu bagian dari adat Kerutinan yang terdapat di warga, ialah wujud penerapan upacara adat yang di dalamnya ada nilai budaya yang besar serta banyak membagikan inspirasi untuk kekayaan budaya wilayah yang bisa menaikkan keanekaragaman kebudayaan nasional. Upacara tersebut mengarahkan kepada manusia selaku manusia berbudaya buat turut bertanggung jawab melindungi kelestarian alam seisinya, turut tingkatkan harkat serta martabat manusia.
Nyadran ialah tradisi dan budaya jawa timur dari wilayah Trenggalek yang umumnya diperingati pada Jum’ at Kliwon bulan Selo ataupun bulan jawa. Nyadran umumnya dicoba di wilayah Bagong ialah tepatnya Dekameter Bagong serta dihadiri ribuan orang dari Trenggalek sendiri ataupun dari luar Trenggalek. Dekameter Bagong merupakan dekameter pembagi aliran sungai Bagong yang biasa digunakan buat mengairi persawahan di Kota Trenggalek. Awal kali Dekameter Bagong dibentuk oleh Adipati Menak Sopal yang pula ialah pendiri cikal bakal kota Trenggalek.
dam- bagongRitual upacara Nyadran dimulai dengan tahlilan di samping makam Adipati Menak Sopal, dilanjutkan dengan ziarah makam yang diiringi oleh para pejabat wilayah serta masyarakat warga. Sedangkan itu, di taman dekat komplek pemakaman disajikan hiburan tarian jaranan. Tarian kepahlawanan khas Trenggalek ini disajikan dengan penuh semangat, diiringi gamelan yang dinamis serta menghentak dan nyanyian dari pesinden yang jelita. Tarian ini sangat digemari sebab identik dengan tarian magis yang bernuansa mistis. Tidak tidak sering, para penari jaranan kesurupan dikala menyajikan tarian ini.
Kegiatan puncak yang sangat ditunggu dalam ritual nyadran merupakan pelemparan tumbal kepala kerbau ataupun larung. Dalam upacara Nyadran Dekameter Bagong ini dikorbankan seekor kerbau yang setelah itu disembelih serta kepala, kulit beserta tulang- tulangnya dilempar ke sungai kemudian diperebutkan oleh masyarakat warga dekat. Tujuan ritual nyadran ini selaku tolak balak, tidak cuma selaku tolak balak upacara ini pula selaku simbol supaya kehidupan masyarakat Trenggalek gemah ripah loh jinawi. Umumnya sebagian pemuda sudah bersiap- siap di dalam sungai dengan bertelanjang dada buat memperebutkan kepala kerbau yang dilarung. Sorak sorai kegirangan serta rona kegembiraan terpampang di wajah mereka serta wajah para pemirsa, kala kepala kerbau serta tulang- belulangnya sukses diketemukan. Terdapat asumsi kalau dengan memperoleh kepala kerbau, mereka hendak mendapatkan berkah dalam hidupnya. Rangkaian upacara nyadran ditutup dengan pagelaran wayang kulit.
Dengan penyelenggaraan upacara yang serba lengkap bagi tradisi hendak membagikan kemantapan batin kepada pelakunya dalam mengagungkan berkat, rahmat serta perlindunganNya. Perihal ini diharapkan pula terjalin dengan dilaksanakannya upacara Tradi Nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek. Untuk warga yang hidup dipedesaan, adat ataupun istiadat ialah suatu yang mengaitkan tiap orang di dalam tiap kegiatannya serta dalam kehidupan tiap hari. Sehingga normal apabila melahirkan kebersamaan serta pola tingkah laku dalam warga yang bersangkutan. Ada pula penerapan tradisi upacara adat“ Nyadran” ini oleh warga Kelurahan Ngantru, selaku ungkapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sekalian selaku upaya buat mengenang jasa Adipati Menak Sopal yang sudah berjuang buat kepentingan serta kesejahteraan warga Trenggalek yang kebanyakan selaku petani. Dalam upacara tradisi nyadran dibutuhkan kerjasama ataupun gotong- royong masyarakat warga dekat Kelurahan Ngantru.

Gotong- royong merupakan sekumpulan orang yang bekerja sukarela buat menuntaskan sesuatu pekerjaan yang mereka anggap ialah kepentingan bersama serta kepentingan universal. Dalam penerapan aktivitas upacara tradisi nyadran kedudukan dan warga sangatlah dibutuhkan demi kelancaran kegiatan tersebut. Spesialnya para petani di wilayah tersebut yang mengairi sawahnya dari Dekameter Bagong. Mereka bergotong- royong dalam mempersiapkan peralatan apa saja yang diperlukan dikala memeringati upacara tradisi nyadran. Dengan bergotong- royong ini pula warga dapat lebih akrab antara warga yang satu dengan yang yang lain sekalian mempererat tali silaturahmi antar warga. Oleh sebab itu, periset mengangkut judul“ Tradisi Nyadran Selaku Bentuk Pelestarian Nilai Gotong- royong Para Petani Di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek”.
Latar Balik Tradisi Nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru Kabupaten Trenggalek
Bagi R. Linton( dalam Elly, 2011: 27- 28), berkata kalau Kebudayaan bisa ditatap selaku konfigurasi tingkah laku yang dipelajari serta hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana faktor pembentuknya didukung serta diteruskan oleh anggota warga yang lain.
Peringatan tradisi nyadran di Dekameter Bagong tidak terlepaskan dari memeringati serta mengenang Adipati Menak Sopal. Adipati Menak Sopal merupakan seseorang ulama yang berdakwah menyiarkan Agama Islam di daerah Trenggalek, mulai dari lereng Gunung Wilis sebelah selatan hingga tepi laut selatan Samudra Indonesia, mulai dari perbatasan Sawo Ponorogo hingga Ngrowo- Boyolangu. Sehingga secara kuntitas penduduk Trenggalek beragama Islam sepenuhnya.
Adipati Menak Sopal pula selaku pahlawan pertanian di Kabupaten Trenggalek. Sebab dia sudah membangun Dekameter Bagong yang terletak di Kelurahan Ngantru. Dekameter Bagong ini sangat berguna untuk para petani di Kabupaten Trenggalek serta Kabupaten Pogalan sebab dengan terdapatnya dekameter tersebut mereka bisa mengairi sawahnya. Sehingga sangat pantas apabila jasa Adipati Menak Sopal itu diperingati tiap tahunnya oleh segenap susunan warga mulai dari pejabat serta rakyatnya spesialnya para petani di Kabupaten Trenggalek serta Kabupaten Pogalan.
Tradisi nyadran di Dekameter Bagong ini berawal dari cerita Adipati Menak Sopal yang berjuang membangun Dekameter Bagong di Kelurahan Ngantru. Sahibul Hikayat yang berkata kalau terdapat seorang yang berasal dari Mataram yang bertugas mengendalikan wilayah di Timur Ponorogo yang saat ini diucap wilayah Trenggalek ataupun biasa disingkat Ki Ageng Galek. Dulu kala Ki Ageng Galek ditugasi buat mengurus seseorang gadis dari Majapahit ialah Amisayu. Dinamakan Amisayu sebab walaupun ayu ataupun menawan, sayangnya kaki gadis tersebut berpenyakit serta berbau amis ataupun busuk.
Dikala itu Ki Ageng Galek merasa bimbang gimana metode menyembuhkan kaki Gadis Amisayu tersebut. Kemudian Ki Ageng Galek menyuruh Dewi Amisayu buat mandi di Sungai Bagongan yang terletak di Kelurahan Ngantru. Pada dikala mandi di sungai tersebut seketika munculah Buaya Putih yang berganti bentuk jadi manusia yang sangat tampan yang bernama Menak Sraba. Setelah itu Menak Sraba menyembuhkan cedera di kaki Dewi Amisayu dengan metode menjilati. Kesimpulannya penyakit di kaki Dewi Amisayu dapat sembuh serta Menak Sraba setelah itu menikah dengan Dewi Amisayu.
Tidak lama sehabis menikah Dewi Amisayu berbadan dua serta melahirkan seseorang anak pria yang diberi nama Menak Sopal cocok dengan pesan Menak Sraba. Sehabis Menak Sopal berkembang berusia setelah itu ia bertanya kepada ibunya ialah Dewi Amisayu siapa bapaknya yang sesungguhnya. Dengan terpaksa Dewi Amisayu member ketahui siapa bapaknya yang sesungguhnya merupakan buaya putih penjaga Kedung Bagongan. Kala mengenali siapa bapaknya Menak Sopal memohon izin kepada ibunya utuk menemui bapak kandungnya. Kesimpulannya Menak Sopal berjumpa dengan bapak kandungnya ialah Menak Sraba di Demak Bintara. Disitu Menak Sopal diajari serta dididik menimpa ajaran Agama Islam.
Sepulang dari tempat bapaknya Menak Sopal berupaya buat menyebarkan Agama Islam di Trenggalek. Sebab pada dikala itu kebanyakan penduduk selaku petani hingga Menak Sopal berkeinginan membangun tanggul air ataupun dekameter yang dapat mengairi sawah mereka. Dalam pembangunan tanggul itu Menak Sopal dibantu masyarakat warga tetapi pembangunan tanggul itu senantiasa kandas. Kemudian Menak Sopal memohon petunjuk kepada bapaknya gimana triknya supaya tanggul air itu dapat sukses dibentuk. Menak Sraba( bapak Menak Sopal) membagikan petunjuk biar ditumbali kepala Gajah Putih.
Menak Sopal menjajaki anjuran dari bapaknya kemudian menyembelih Gajah Putih yang kepalanya dimasukkan ke dalam Sungai Bagongan serta dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang turut bergotong- royong. Sehabis diberi tumbal Gajah Putih kesimpulannya tanggul air dapat sukses terbuat serta saat ini lebih diketahui dengan istilah Dekameter Bagong. Dari hasil perjuangan Menak Sopal tersebut kesimpulannya sawah para petani dapat dialiri air serta hasil panen mereka bertambah. Semenjak dikala itu masyarakat Trenggalek memeluk Agama Islam.
Dalam upacara tradisi nyadran ada faktor mistis serta faktor fungsional. Faktor mistis itu dikala Dekameter Bagong memohon tumbal gajah putih supaya pembuatan dekameter bisa terwujud serta bisa mengairi sawah para petani. Sebaliknya faktor fungsional nampak dari tujuan uapacara tradisi nyadran di Dekameter Bagong ialah bersyukur kepada Allah SWT serta menghargai perjuangan Adipati Menak Sopal sebab telah membangun Dekameter Bagong yang mengairi sawah para petani sehinggan pemasukan petani terus menjadi bertambah. Tidak hanya itu, supaya bebas dari bermacam berbagai bahaya ataupun bencana.
Dari penjelasan di atas periset berkesimpulan kalau berkat perjuangan Menak Sopal tersebut hingga tiap tahun sekali di bulan Selo senantiasa diperingati upacara tradisi nyadran di Dekameter Bagong selaku rasa syukur masyarakat Trenggalek. Tetapi dalam penerapannya bukan gajah putih lagi yang dijadikan tumbal ataupun dilarung namun ditukar dengan kerbau. Sebab dikala ini telah tidak terdapat lagi gajah putih.
Wujud Ritual Ataupun Tata Metode Tradisi Nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru Kabupaten Trenggalek
Meski namanya nyadran namun sasarannya jelas, bukan buat makhluk halus namun buat memeringati atas keberhasilan Adipati Menak Sopal membangun Dekameter Bagong buat yang awal kalinya. Penerapan tradisi nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru itu dilaksanakan tiap tahun sekali. Umumnya tradisi nyadran itu dilaksanakan pada hari Jum’ at Kliwon di bulan Selo. Tradisi ini ialah peninggalan nenek moyang yang senantiasa diperingati hingga saat ini ini.
Bersumber pada hasil wawancara dalam peringatan upacara tradisi nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru warga wajib bergotong- royong dalam mempersiapkan seluruh suatu yang dibutuhkan dikala penerapan upacara tradisi nyadran tersebut. Sebab dalam penerapan upacara tradisi nyadran tersebut banyak sekali peralatan yang wajib dipersiapkan. Misalnya saja, saat sebelum penerapan upacara tersebut warga bergotong- royong mensterilkan tempat ataupun makam yang hendak digunakan buat memeringati nyadran di Dekameter Bagong dan membuat panggung serta mendirikan terop.
Masyarakatlah yang mempersiapkan peralatan yang hendak dijadikan selaku peralatan nyadran serta ruwatan dikala penerapan upacara nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru. Sebab banyak sekali bahan ataupun peralatan yang digunakan buat sesaji serta ruwatan tersebut. Seluruh peralatan yang dibutuhkan buat sesaji serta ruwatan itu wajib lengkap ataupun dalam bahasa Jawa“ Pepak”.
Aktivitas yang dicoba dalam penerapan upacara tradisi nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru antara lain selaku berikut:
- Penyembelihan kerbau( berkorban) yang dicoba di dekat Dekameter Bagong yang bertujuan supaya tidak terjalin banjir bandang lagi.
- Bersesaji yang umumnya dicoba oleh dalang kala ruwatan. Banyak sekali peralatan yang digunakan buat membuat sesaji misalnya saja, kembang telon, mule metri serta lain- lain.
- Berdoa bersama dikala melaksanakan saat ini di makam Adipati Menak Sopal selaku penghormatan serta menghargai jasa- jasanya.
- Berprosesi nampak dikala ayah bupati serta warga berjalan dari makam Adipati Menak Sopal mengarah Dekameter Bagong yang hendak melemparkan kepala, kaki, kulit dan tulang kerbau ke dalam Dekameter Bagong.
- Makan bersama yang dicoba oleh para undangan serta warga sehabis kegiatan larung berakhir. Mereka seluruh makan daging kerbau yang telah dimasak.
- Ruwatan Wayang Kulit tadi malam suntuk yang bertujuan buat keselamatan warga Kabupaten Trenggalek demi menjauhi bahaya serta bencana yang tidak di idamkan dan supaya Dekameter Bagong senantiasa dapat mengairi sawah- sawah penduduk sehingga senantiasa berguna.
Wayangan ialah sesuatu akulturasi budaya yang semenjak era kewalian( abad 14 oleh para wali) dijadikan selaku hiburan serta perlengkapan dakwah. Tidak hanya itu, pula sanggup mengantarkan pesan etis yang berguna berbentuk pembelajaran moral, keutamaan hidup individu serta warga.
Kegiatan- kegiatan yang dicoba dalam upacara nyadran cocok dengan komentar Depdikbud( 1994: 20), kalau dalam sesuatu sistem upacara yang lingkungan memiliki bermacam faktor yang terutama antara lain selaku berikut:
Sesaji

Pada banyak upacara bersaji, orang berikan santapan yang oleh manusia dikira lezat, seolah- olah dewa- dewa ataupun roh itu memiliki kegemaran yang sama dengan manusia.
Berdoa
Umumnya doa bersama diiringi dengan gerak serta sikap- sikap badan yang dasarnya ialah gerak serta perilaku menghormati serta merendahkan diri terhadap para leluhurnya, para dewa ataupun terhadap Tuhan. di dalam berdoa, arah muka ataupun kiblat ialah sesuatu faktor yang amat berarti dalam konsep religi. Dalam berdoa, terdapat pula sesuatu faktor ialah keyakinan kalau perkata yang diucapkan itu memiliki kekuatan gaib serta kerap kali kata yang diucapkan itu dalam sesuatu bahasa yang tidak dimengerti warga, sebab bahasa yang digunakan bahasa kuno. Namun malah seperti itu warnanya yang membagikan lapisan gaib serta keramat kepada doa itu.
Makan bersama
Makan bersama pula ialah sesuatu faktor perbuatan yang amat berarti dalam upacara adat. bawah pemikiran di balik perbuatan itu merupakan buat mencari ikatan dengan dewa- dewa, dengan metode mengundang dewa- dewa pada sesuatu pertemuan makan bersama. Perbuatan makan bersama ada dalam banyak upacara keagamaan di dunia, baik selaku bagian dari upacara- upacara ataupun selaku upacara itu sendiri.
Berprosesi ataupun berpawai
Pada dikala berprosesi kerap dibawa benda- benda keramat semacam lambing, bendera, dengan iktikad biar kesaktian yang memancar dari benda- benda itu dapat berikan pengaruh pada kondisi dekat tempat tinggal manusia serta paling utama pada tempat- tempat yang dilalui prosesi ataupun pawai itu. Prosesi kerap pula dimaksudkan buat mengusir makhluk halus, hantu serta seluruh kekuatan yang menimbulkan penyakit dan bencana dari dekat tempat tinggal manusia. Perihal ini dicoba tidak dengan barang sakti, namun dengan metode menakuti makhluk halus tadi dengan metode prosesi tersebut.
Terdapat sebagian niatan dikala melaksanakan upacara tradisi nyadara misalnya selaku berikut:
Ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT.( Tasyakuran ataupun syukuran) atas keberhasilan pembangunan Dekameter Bagong yang sangat besar khasiatnya untuk penduduk ataupun rakyat Trenggalek baik yang lama oleh Adipati Menak Sopal serta penggantinya, meski yang baru dibentuk oleh Pemerintahan Hindia Belanda secara permanen.
Mengenang tokoh pelakon Adipati Menak Sopal, Ki Ageng Galek, Rara Amiswati, Ki Demang Surohandoko serta lain- lain, buat didoa’ kan mudah- mudahan diterima amalnya serta diampuni dosa- dosanya.
Seluruh lillahi ta’ ala buat Allah SWT, tidak buat makhluk halus( jin, syaitan, serta sebagainya).
Upacara tradisi nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru, Kecamatan Trenggalek, Kabupaten Trenggalek memiliki unsur- unsur upacara yang sama dengan upacara keagamaan pada biasanya.
Hakikat Gotong- royong Dalam Tradisi Nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru Kabupaten Trenggalek
Manusia tidak bisa penuhi kebetuhan hidupnya sendiri tanpa dorongan orang lain. Oleh sebab itu manusia diucap selaku makhluk sosial, penerapan upacara tradisi nyadran di Dekameter Bagong warga Trenggalek Keluraham Ngantru spesialnya para petani bergotong- royong supaya pekerjaan yang dicoba dapat cepet berakhir. Sistem tolong membantu yang dalam bahasa Jawa umumnya diucap“ Sambatan”( Sambat=Minta tolong), ataupun secara universal oleh orang Indonesia diucap gotong- royong. Dalam gotong- royong ini warga tidak memikirkan kompensasi, dalam warga jawa gotong- royong semacam ini tidak cuma terjalin di bidang pertanian saja, tetapi pula dalam aktivitas pembangunan rumah, upacara adat, serta upacara kematian.
Jiwa ataupun semangat gotong- royong itu bisa kita artikan selaku perasaan rela terhadap sesama masyarakat warga. Dalam warga semacam ini, kebutuhan universal hendak dinilai lebih besar dari pada kebutuhan individu, sehingga bekerja bakti buat universal dinilai selaku sesuatu aktivitas yang terpuji serta mulia. Perihal ini sama halnya dengan yang dicoba oleh warga Kelurahan Ngantru Kabupaten Trenggalek dikala memperinganti upacara tradisi nyadran di Dekameter Bagong. Dalam bergotong- royong tidak nampak pebedaan antara masyarakat yang berkecukupan dengan masyarakat yang kurang sanggup.
Warga sangat kompak pada dikala mempersiapkan kebutuhan serta peralatan yang digunakan dikala peringatan upacara tradisi nyadran. Dengan bergotong- royong dapat tingkatkan rasa kebersamaan antar masyarakat serta mempererat tali silaturahmi antar masyarakat. Tidak hanya itu, dapat silih tahu antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain yang awal mulanya belum sempat tahu.
Anggapan Warga Tentang Tradisi Nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru Kabupaten Trenggalek
Nama nyadran saat ini“ Nyadran Dekameter Bagong” ditukar dengan“ Peringatan Dekameter Bagong” serta disosialisasikan kepada warga supaya tidak salah anggapan. Kebanyakan masyarakat warga menyangka nyadran ini selaku rasa syukur kepada Allah SWT. Tidak hanya itu, pula selaku rasa terima kasih kepada Adipati Menak Sopal sebab sudah membangun Dekameter Bagong, yang sangan berguna untuk warga. sebab dengan terdapatnya dekameter itu para petani di Kelurahan Trenggalek serta Kelurahan Pogalan bisa mengairi sawahnya.
Prospektif Menimpa Tradisi Nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru Untuk Warga di Masa Depan
Prospektif warga ke depan menimpa tradisi nyadran di Dekameter bagong Kelurahan Ngantru, tradisi ini hendak senantiasa dilindungi serta dilestarikan, konon ceritanya dahulu tradisi nyandran ini sempat tidak diperingaati terus pada bertepatan pada 21 April 2006 di Trenggalek terjalin banjir bandang. Terus pada dikala itu terdapat salah satu masyarakat yang bermimpi jika tradisi nyadran tersebut tidak diperingati hendak terjalin banjir bandang yang lebih besar dari itu. Sehabis mengenali itu seluruh kemudian tradisi tersebut diperingati dengan menyembelih 4( 4) kerbau sebab telah 4 tahun tradisi tersebut tidak diperingati oleh warga Kabupaten Trenggalek.
Bersumber pada prospektif warga hingga kapanpun tradisi nyadran di Dekameter Bagong Kelurahan Ngantru hendak senantiasa diperingati. Sebab telah jadi kebudayaan serta icon pariwisata Kabupaten Trenggalek.
3 years ago we wanted to go to see Michalengelos David in the Academy in Florence. The line was down the block.
There are always going to be crowds, the key is to either get up front and get your shots in before others show up or lag behind once they start moving on.