Kesenian Tradisional Bantengan merupakan suatu seni pertunjukan budaya tradisi malang yang mencampurkan faktor sendratari, olah kanuragan, musik, serta syair/ mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Permainannya hendak terus menjadi menarik apabila sudah masuk sesi trans ialah sesi pemain pemegang kepala Bantengan jadi kesurupan arwah leluhur Banteng( Dhanyangan).
Kesenian Tradisional Bantengan yang sudah lahir semenjak jaman Kerajaan Singasari sangat erat kaitannya dengan Pencak Silat. Meski pada masa itu wujud kesenian bantengan belum semacam saat ini, ialah berupa topeng kepala Bantengan yang menari. Gerakan tari yang dimainkan mengadopsi dari gerakan Kembangan Pencak Silat( Febrianto Wihanda Putra, 2011: 2). Kesenian tradisional ini bersinambung pada masa Pemerintah Kolonial Belanda ada seseorang tokoh bernama Mbah Siran yang membuat topeng Bantengan dari tanduk banteng di Desa Claket Kecamaten Pacet Kabupaten Mojokerto. Pada masa Orde Lama Kesenian Tradisional Bantengan bermunculan di bermacam wilayah pegunungan di Jawa Timur.
Perkembangan Bantengan saat ini
Saat ini Kesenian Tradisional Bantengan telah tumbuh diberbagai Kabupaten/ Kota, antara lain Kabupaten Mojokerto, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Kediri, serta Kabupaten Pasuruan. Informasi Tahun 2018 dari Dinas Pariwisata Kota Batu ada kurang lebih 200 tim kesenian Bantengan, sebaliknya informasi Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan tercatat di No Induk Kesenian berjumlah 12 paguyuban, sementara itu kenyataan di lapangan ada ratusan paguyuban. Lewat wawancara dengan sesepuh Paguyuban Pencak Silat Macan Putih di Dusun Ngadipuro Desa Wonosari Kecamatan Tutur Kabupaten Pasuruan, dia merintisnya semenjak tahun 1962 serta tumbuh hingga dikala ini. Di tiap Kabupaten/ Kota ada banyak paguyuban yang mengelola serta meningkatkan dalam wujud Pertunjukan ataupun Festival Bantengan.

Dalam suatu pementasan Kesenian Tradisional Bantengan yang sarat dengan nilai, arti, serta guna. Dibutuhkan penyajian yang lengkap dalam suatu pementasan meliputi: gerak yang mirip dengan banteng, busana, iringan musik, properti, tempat pementasan( umumnya di lapangan), pawang/ tetua/ pendekar/ sesepuh( tiap- tiap wilayah memakai istilah yang berbeda), serta sesaji.
Cara Melakukan Bantengan
Permainan Kesenian Tradisional Bantengan dimainkan oleh 2 orang yang berfungsi selaku kaki depan sekalian pemegang kepala Bantengan serta pengontrol tari Bantengan dan kaki balik yang pula berfungsi selaku ekor Bantengan. Kostum bantengan umumnya dibuat dari kain gelap serta topeng yang berupa kepala kepala banteng yang dibuat dari kain gelap serta topeng yang berupa kepala banteng yang dibuat dari kayu dan tanduk asli banteng.

Buat urutan pementasan terdiri dari 3 sesi, dimana tiap- tiap derah mempunyai sebutan yang berbeda. Ketiga tahapan tersebut yang awal merupakan ritual nyuguh ataupun sandingan, kedua merupakan pementasan meliputi karak’ an serta pementasan hingga kesurupan ataupun ndadi, serta yang ketiga merupakan nyuwuk dengan tujuan memulangkan arwah leluhur ketempat asalnya. Buat melakukan ketiga tahapan tersebut wajib memenuhi bermacam kelengkapan/ persyaratan dalam suatu pementasan.
Bagi warga Jawa, sifat- sifat roh sama semacam manusia dengan satu pengecualian, ialah tidak memiliki tubuh/ wadag. Kebalikannya roh itu dikira bersama mempunyai pemikiran, perasaan, serta nafsu semacam manusia.( Stange, P, 2008 perihal 44). Tiap desa mempunyai pemimpin( lurah) serta pada dikala yang sama pula roh penjaga serta nenek moyang pendiri( dahnyang). Di desa- desa, Kerutinan teratur slametan ialah sesuatu struktur yang secara eksplisit dimaksudkan buat merukunkan ikatan dengan alam roh.