Umat Hindu Perkuat Kehidupan Beragama dengan Seni dan Budaya

Dirjen Bimas Hindu Kementerian Agama (Kemenag), I Nengah Duija menyambut baik festival budaya sebagai bentuk komitmen umat Hindu dalam menjaga kesatuan dalam keberagaman bangsa. Festival dengan tema ‘Harmoni dalam Keberagaman’ digelar di Kompleks Candi Prambanan, Sleman, Yogyakarta.
“Festival ini adalah bentuk komitmen umat Hindu Indonesia dalam memperkuat kehidupan beragama yang moderat melalui kesenian dan budaya nusantara,” kata I Nengah Duija dalam keterangan pers, Senin (5/12/2022).

Festival Penguatan Moderasi Beragama Berbasis Seni Keagamaan Tahun 2022 menghadirkan 521 peserta dari 34 provinsi yang terdiri dari pelajar, tokoh agama, seniman, dan akademisi. Sementara itu, Staf Khusus Menteri Agama Abdul Rochman yang mewakili Menteri Agama memaparkan konsep moderasi beragama sebagai rumah bersama bagi bangsa Indonesia.

“Penguatan moderasi beragama pada dasarnya adalah menghadirkan negara sebagai rumah bersama yang adil dan ramah bagi bangsa Indonesia untuk menjalani kehidupan beragama yang rukun, damai, dan makmur. Moderasi beragama sesungguhnya merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan, baik di tingkat lokal, nasional, maupun global,” kata Abdul Rochman dalam sambutannya.

Selain itu, Abdul Rochman menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Festival Penguatan Moderasi Beragama Berbasis Seni Keagamaan Tahun 2022.

“Pemerintah menyambut baik penyelenggaraan festival ini dan memberikan apresiasi kepada panitia penyelenggara atas karma bhaktinya, mudah-mudahan kegiatan yang diselenggarakan ini dijadikan pedoman bagi umat dalam menggali dan mengimplementasikan nilai-nilai luhur kearifan lokal yang ada di Nusantara,” terangnya.

Abdul Rochman juga berharap Festival Penguatan Moderasi Beragama Berbasis Seni Keagamaan Tahun 2022 mampu menguatkan nilai-nilai agama dan budaya.

“Melalui festival ini diharapkan mampu menguatkan nilai-nilai agama dan budaya sekaligus mampu memperkenalkan kepada masyarakat luas betapa kayanya keanekaragaman budaya Nusantara sebagai jati diri bangsa Indonesia,” pungkasnya.

Read More

Suku Tengger di Kawasan Bromo : Peradaban dari Zaman Majapahit

Suku Tengger ialah suku yang mendiami dataran besar di dekat Pegunungan Tengger yang pula meliputi daerah Gunung Bromo serta Semeru. Suku ini diucap selaku salah satu peradaban yang telah terdapat semenjak Kerajaan Majapahit. Terdapat banyak teori dari pakar menimpa asal mula suku Tengger. Tetapi, warga suku Tengger yakin kalau nenek moyang mereka berasal dari Majapahit.” Wong( orang) Tengger secara harfiah diterjemahkan selaku orang- orang dataran besar, tanpa dapat dikenal sebutan Tengger itu terglong dalam bahasa apa,” tulis Gram. P. Rouffear, dilansir dari Suku Tengger serta Kehidupan Bromo yang disusun Pusat Informasi serta Analisa Tempo. Setelah itu, dikutip dari Pergantian Ekologis Strategi Menyesuaikan diri Warga di Daerah Pegunungan Tengger karya Yulianti, secara etimologi” tengger” berasal dari bahasa Jawa yang maksudnya tegak, diam tanpa bergerak.” Sebaliknya apabila berhubungan dengan keyakinan yang hidup dalam masyarakatnya, tengger ialah singkatan dari tengering budi luhur,” papar Yulianti.

Sejarah suku Tengger

Semenjak masa kerajaan Hindu di Pulau Jawa, pegunungan Tengger diakui selaku tempat suci yang ditempati abdi spiritual dari Si Hyang Widi Wasa. Abdi ini diucap pula selaku hulun. Yulianti, dalam bukunya, mengatakan kalau perihal tersebut dibuktikan dengan Prasasti Walandhit yang berangka 851 Saka ataupun tahun 929 Masehi( Meter). Tertulis kalau suatu desa bernama Walandhit di Pegunungan Tengger ialah tempat suci yang ditempati oleh Hyang Hulun ataupun abdi Tuhan. Prasasti itu ditemui di wilayah Penanjakan( Desa Wonokitri) Kecamatan Tosari, Kabupaten Pasuruan. Prasasti tersebut berangka tahun 1327 Saka ataupun 1405 Meter. Pada dini abad ke- 17, Kerajaan Mataram Islam mulai memperluas kekuasaannya sampai ke Jawa Timur. Tetapi, rakyat di wilayah Tengger masih mempertahankan identitasnya dari pengaruh Mataram. Sayangnya, pada 1764 warga Tengger terpaksa takluk pada pemerintah Belanda. Pada 1785, Belanda mulai mendirikan tempat peristirahatan Tosari serta menanam sayur- mayur Eropa, semacam kentang, wortel, serta kubis.” Suasana politik pada abad ke- 19 berganti. Kekurangan penduduk di wilayah Tengger serta sekitarnya menarik para pendatang dari wilayah lain yang mulai memadat,” imbuh Yulianti.

Legenda suku Tengger

Sebagaimana mayoritas suku di Indonesia, suku Tengger pula memilki legenda. Legenda tentang asal mula Tengger ini bermula dari Rara Anteng serta Jaka Seger. Dikutip dari Cerita Rakyat Nusantara: Pusaka Jitu Jaka Tengger serta Kisah- kisah Yang lain karya Subiharso, Rara Anteng ialah seseorang gadis dari Kerajaan Majapahit. Si gadis berlindung di daerah Penanjakan sehabis Majapahit hadapi pergolakan. Rara Anteng setelah itu dinaikan jadi gadis seseorang Resi bernama Dadap Putih. Keduanya hidup senang di wilayah pegunungan tersebut.

Di sisi lain, Jaka Seger yang berasal dari Kediri pula terpaksa mengasingkan diri sebab suasana kerajaan yang kacau. Dia tinggal di Desa Keduwung, sambil mencari keberadaan pamannya yang tinggal di dekat Gunung Bromo. Singkatnya, si gadis berjumpa dengan Jaka Seger. Keduanya jatuh cinta serta memutuskan buat menikah. Hendak namun sehabis menunggu sepanjang sewindu, keduanya belum pula dikaruniai seseorang anak. Rara Anteng serta Jaka Seger juga memutuskan buat bertapa.

Sehabis bertapa sepanjang 6 tahun, permohonan keduanya dikabulkan. Tetapi, permintaan tersebut wajib dibayar dengan nyawa si anak bungsu. Rara Anteng serta Jaka Seger wajib menumbalkan anak bungsunya ke dalam kawah Bromo selaku ketentuan. Keduanya juga dikaruniai 25 orang anak. Sesuatu hari, Gunung Bromo bergemuruh. Rara Anteng serta Jaka Seger ketahui kalau inilah saatnya menyerahkan putra bungsu yang bernama R Kusuma. Sayangnya, mereka belum rela mempertaruhkan si putra. Keduanya kemudian menyembunyikan R Kusuma di wilayah Ngadas.

Hendak namun, letusan Gunung Bromo yang dahsyat nyatanya menjangkau tempat persembunyian R. Kusuma. Putra bungsu Rara Anteng serta Jaka Seger setelah itu tersedot masuk ke dalam Gunung Bromo. Dikala seperti itu terdengar pesan dari R Kusuma yang mau saudaranya buat senantiasa hidup rukun. Dia pula mengaku rela jadi persembahan demi kesejahteraan serta kerukunan orangtua beserta para saudaranya. R Kusuma pula berpesan buat mengirimkan hasil bumi ke Gunung Bromo tiap bertepatan pada 14 Kasada. Dari legenda inilah nama Tengger diperoleh. Tengger berasal dari nama Rara Anteng serta Jaka Seger yang dipercaya jadi cikal bakal warga di daerah tersebut.

Agama serta kepercayaan suku Tengger

Dikutip dari Keajaiban Bromo Tengger Semeru karya Jati Batoro, warga Tengger awal mulanya mempunyai keyakinan animisme serta dinamisme. Ajaran agama Hindu serta Buddha mulai tumbuh di daerah suku Tengger bersamaan pertumbuhan Majapahit. Keyakinan tersebut jadi agama yang kesimpulannya diwariskan nenek moyang sampai generasi suku Tengger masa saat ini.” Agama kerajaan Majapahit tercantum agama Hindu- Buddha dengan cirah lokal. Perihal ini bisa dipahami warga lokal serta warga Jawa- Majapahit yang berpindah ke Tengger kemudian melaksanakan asimilasi jadi suku Tengger,” tulis Batoro. Pertumbuhan agama serta keyakinan di suku Tengger sejalan dengan pertumbuhan agama di Indonesia. Hendak namun, kebanyakan suku ini menganut agama Buddha Mahayana. Terdapatnya percampuran keyakinan animisme serta dinamisme yang masih lumayan kental di suku Tengger, membuat masyarakatnya menyakralkan Gunung Bromo serta Semeru.

Tempat Keramat Suku Tengger

Bersumber pada keyakinan suku Tengger, Gunung Bromo serta Gunung Semeru ialah tempat suci serta keramat yang sudah diwariskan oleh nenek moyang. Suku Tengger juga memegang erat tradisi yang diturunkan oleh leluhur.” Warga suku Tengger, baik yang masih beragama Hindu ataupun yang telah beragama Islam hingga dikala ini masih senantiasa memegang tradisi serta nilai- niai budaya yang luhur, selaku peninggalan dari nenek moyang yang sempat jaya pada era Majapahit,” tulis Yulianti. Upacara adat suku Tengger

Bagi Yulianti, terdapat banyak upacara adat yang hingga dikala ini masih dicoba secara teratur oleh suku Tengger. Upacara adat tersebut dibagi dalam 3 tipe. Awal merupakan upacara adat terpaut kehidupan warga. Upacara adat ini dicoba secara massal serta para pelakunya terikat dalam perasaan yang sama. Upacara adat yang terkategori dalam tipe ini merupakan Pujan Karo, Pujan Kapat, Pujan Kapitu ataupun Megeng, Pujan Kawolu, Pujan Kasanga ataupun Pujan Mubeng, Hari Raya Yadnya Kasada ataupun Pujan Kasada, serta Unan- unan ataupun Upacara Pancawarsa. Tipe upacara adat kedua berhubungan dengan siklus kehidupan seorang. Terdapat 3 siklus kehidupan yang dikira berarti dalam keyakinan Tengger, ialah kelahiran, perkawinan, serta kematian. Ketiga siklus kehidupan tersebut dikira selaku wujud peringatan yang wajib diselamati buat menjauhi diri dari pengaruh kurang baik.” Bagi warga Tengger, mereka mempercayai terdapatnya ikatan timbal balik antara kehidupan di dunia serta kehidupan di lelangit,” jelas Yulianti. Tipe upacara adat yang terakhir berkaitan dengan aktivitas usaha pertanian. Upacara adat ini jadi wujud ikatan antara manusia dengan alam ataupun lingkugan sekitarnya.

Read More

Keduk Beji : Ritual Khas Ngawi Mengusri Pagebluk

Ratusan warga Desa Tawun Kecamatan Kasreman, Ngawi menggelar ritual keduk beji. Keduk beji merupakan adat warga setempat yang dipercaya mampu mengusir pagebluk atau wabah bencana.
“Ini acara ritual keduk beji yang rutin dilakukan setiap tahun untuk mengusir pagebluk (musibah),” ujar salah sat panitia keduk beji, Supomo (70) kepada wartawan.

Acara keduk beji, kata Supomo, yakni menguras air di bangunan menyerupai kolam yang ada sumber mata air. Air yang dikuras tersebut biasanya untuk kebutuhan pertanian warga setempat.

“Kalau ndak diuri-uri (lestarikan), sawah tidak ada airnya. Kita keduk beji (menguras) supaya air tetap mengalir,” katanya.

Supomo mengatakan masyarakat Desa Tawun setiap tahun rutin menggelar ritual keduk beji karena pernah terjadi pageblug saat ditiadakan. Harinya pun ditentukan Selasa Kliwon dan dipilih setahun sekali.

“Harinya Selasa Kliwon setiap tahun di peringati keduk beji. Pernah kejadian pagebluk (musibah penyakit). Yen wong Jowo isuk loro sore mati (kalau orang Jawa pagi sakit sore meninggal),” paparnya.

Supomo mengatakan ritual keduk beji diawali dengan mengambil air sendang yang kemudian dimasukkan ke sebuah kendi kecil oleh dua penyelam. Dua penyelam tersebut termasuk dirinya usai mengambil air diteruskan prosesi menguras air oleh warga.

“Ini kendi di dalamnya diisi air tape. Kita berdua juru selam mengawali mengambil air dengan dua kendi kecil ini,” imbuhnya.

Pantauan detikcom acara ritual keduk beji yang biasanya berlangsung lama, kini hanya sekitar 1 sampai 2 jam mulai pukul 10.00 hingga pukul 12.00 WIB. Warga mengikuti ritual Keduk Beji di Sumber Air Sendang di desa tersebut.

Ritual Keduk Beji digelar tiap tahun setiap hari Selasa kliwon antara bulan 7 hingga bulan ke 12. Dalam ritual tersebut warga juga menikmati daging kambing guling yang dibakar. Kambing tersebut bukan sembarang kambing melainkan kambing jenis kendit alias memiliki bulu dua warna.

“Kambing harus kendit dua warna yakni seperti sabuk putih atau hitam melingkar di perut,” tandasnya.

Selain menguras sumber air, warga juga berebut dua buceng yang berisi nasi dan lauk pauk yang dilarungkan ke sumber air tersebut.

Read More

Membangun Program untuk Guru TK dan PAUD di Malang Barat : Warung Bergulir

Kesejahteraan guru Taman Anak- anak sampai PAUD sampai saat ini masih memprihatinkan, terutama di Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Jalinan Guru Taman Anak- anak Indonesia( IGTKI) mengatakan rata- rata dari mereka cuma menemukan bayaran Rp100 ribu per bulan.

Jumlah segitu hanya cukup dihabiskan dalam waktu satu hari. Melihat keadaan itu, Yayasan Janaka dari Janaka Indonesia Group membagikan pemecahan jangka panjang dengan Program Pinjaman Pemodalan Warung Bergulir.

Bagi Rino Lande sebagai pendiri Janaka Group, program itu lebih solutif daripada membagikan dorongan dana ataupun sembako yang bakal habis dalam sebulan. Rino lebih berpikir mencarikan pemecahan partisipatif.

Program ini setelah itu ditetapkan langsung pada Rabu( 5/ 10/ 2022) kemarin di TK Sumberagung, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Total terdapat dekat 90 guru yang tergabung di IGTKI Malang.

“Nanti anggota di kelompok itu ikut memonitoring penerimaan bantuan. Jadi kalau yang penerima awalnya tidak sukses, maka yang di bawahnya ini tidak kebagian. Sehingga kita bagi setiap kelompok terdiri dari 3-5 orang,” jelasnya.

Tidak menyudahi hingga di sana, 10 warung awal yang menerima dorongan itu diharuskan menabung sebesar Rp10 ribu per orang tiap hari. Dalam sebulan, hendak terkumpul Rp300 ribu per orang. Bila dikalikan 10 orang, hendak jadi Rp3 juta.

“Sehingga di bulan berikutnya, akan terbentuk warung-warung baru dari anggota yang ada di bawahnya. Kategori yang diterima program ini orangnya harus mau berwirausaha, bertanggung jawab, dan amanah,” paparnya.

Pengusaha Muda ingin Memajukan Malang dengan Warung Bergulir

Selaku pengusaha yang peduli pada pemberdayaan warga, Rino Lande berkomitmen meningkatkan lagi 5 kelompok Warung Bergulir. Dia menarangkan memiliki sasaran 90 ibu- ibu guru TK serta Paud di Kecamatan Ngantang dapat memperoleh pemasukan layak dalam setahun.

“Jika program ini berhasil dalam 3 bulan, maka saya berani untuk menerapkan program ini di kecamatan lain,” ujar Rino Lande.

Lebih Lanjut, perwakilan Janaka Fundation di Malang, Magi Yanto bersama Bunda Sumi Herni yang jadi pembina IGTKI Kecamatan Ngantang optimis, program yang secara partisipatif membagikan peluang kepada para guru buat membentuk 10 kelompok buat mengelola sokongan modal usaha yang diberikan ini hendak berjalan cocok rencana.

”Kami yakin program ini akan berjalan baik, karena keterlibatan dan tanggung jawab yang cakap,” kata dia.

Dalam peluang tersebut, Camat Ngantang, Sunardi berkata jika program ini sangat dibutuhkan kerjasama para guru- guru TK serta PAUD. Alasannya satu sama lain saling berkaitan supaya saling menerima keuntungan.

“Ini sangat penting karena dana ini sifatnya bergulir, karena kalau dananya diberikan semuanya tidak cukup soalnya terbatas. Ini sebagai stimulan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian ada yang berhasil dan ada yang tidak berhasil,” jelasnya.

Tidak hanya itu, dia berkata jika program Warung Bergulir semacam ini memiliki kemungkinan kegagalan yang besar. Sehingga butuh terdapatnya kerjasama serta keterbukaan.

“Kita harus merasa satu keluarga, jangan merasa egois dan dipakai sendiri. Maka kasihan anggota yang lain. Kasihan juga Pak Rino Lande yang jauh-jauh dari Jakarta hanya untuk membantu masyarakat di sini,” pungkasnya.

Sumber Artikel : Membangun Program untuk Guru TK dan PAUD di Malang Barat : Warung Bergulir https://www.singalam.com/program-warung-bergulir-untuk-guru-tk-dan-paud-pengusaha-malang-rino-lande/

Read More

Kebudayaan Indonesia yang Dikagumi Negara Lain

Kekayaan di Negara Indonesia sudah dikenal sejak dahulu. Budaya yang beraneka ragam, padatnya jumlah penduduk, dan terjaganya berbagai keunikan peninggalan hingga saat ini. Hal ini menjadi daya tarik wisata Indonesia karena semakin erat dan tidak terpecah belahnya keanekaragaman yang dimiliki Negara Indonesia.

Maka apa sih yang menarik di Indonesia hingga Wisatawan Internasional suka berkunjung? Untuk menjawab pertanyaan ini adalah 4 Budaya Indonesia yang sudah ke mancanegara dengan kekhasan Indonesia itu sendiri. Berikut Budaya Indonesia yang mendunia.

Wayang

Sekitar 1500 M, pada zaman prasejarah wayang sudah dikenal. Animisme yang pemujaan roh nenek moyang dengan bentuk wujud gambar atau arca yang dimana Indonesia belum menjadi Negara kesatuan. Pada tahun 2003 7 November UNESCO mengakui pertunjukan wayang Indonesia tersebut.

Jika anda berkunjung ke Jawa tepatnya di Jawa Timur dan Jawa Tengah anda bisa menggunakan Jasa tour Guide Indonesia. baik itu Tour Guide Jawa Timur dan Jawa Tengah.

Angklung

Alat musik yang dikenal dari jawa barat ini memiliki nada ganda dan merupakan alat yang berbahan bambu. Untuk menghasilkan sebuah bunyi cukup mudah dengan cara menggetarkan bagian bambu maka tiang dan pipa bambu akan berbenturan. Laras pelog dan laras slendro merupakan laras ( titik nada ) yang ada dalam angklung.

Keris

Senjata yang memiliki kekuatan supranatural merupakan senjata tradisional yang digunakan para raja pada zaman dahulu. Keris ini digunakan sebagai senjata pusaka yang sudah ada dan digunakan pada abad ke 19. Bahan yang digunakan adalah kayu atau tanduk dan tulang bahan untuk gagang.

Campuran logam bahan dari pisau. Mpu yang merupakan sebutan pengrajin dari keris tersebut.

Batik

Berbagai kreatifitas dan motif terus berkembang dari zaman Kerajaan Majapahit hingga saat ini. Dengan bahan kain sutra, ditulis menggunakan lilin dengan corak modern. Irak Selatan atau dahulu disebut dengan Sumeria merupakan asal muasal teknik membatik lahir.

Mungkin cukup itu tadi artikel yang membahas tentang 4 Kebudayaan Indonesia Yang Terkenal Hingga Mancanegara. Maka jangan tinggalkan kebudayaan Indonesia yang terkenal di mancanegara ini. Budaya Indonesia ini dapat memunculkan rasa manis yang ada di Indonesia.

Read More

Budaya Jawa Barat

Tiap wilayah di Indonesia ini memiliki kebudayaan tiap- tiap serta jadi karakteristik khas tertentu. Begitu pula dengan Jawa barat ini yang populer dengan bermacam- macam kebudayaan serta kesenian yang banyak jumlahnya.

Kebudayaan Jawa Barat

Kebudayaan Jawa Barat didominasi 2 kebudayaan utama ialah kebudayaan Sunda serta kebudayaan Cirebon. Kebudayaan sunda tumbuh di Tataran Sunda, Tanah Pasundan, serta Tanah Priangan. Sebaliknya Kebudayaan Cirebon tumbuh di wilayah sisa karesidenan Cirebon kawasan bagian utara.

Ada pula kebudayaan yang lain yang tumbuh di Jawa Barat ialah budaya Betawi serta Pesisir serta tumbuh di daerah- daerah yang berbatasan dengan DKI Jakarta serta daerah- daerah pesisir tepi laut.

Nah, berikut ini hendak aku bahas secara pendek serta jelas Kebudayaan apa saja yang terdapat di Jawa Barat. Baca hingga berakhir ya!

Bahasa Wilayah Jawa Barat

Kebanyakan penduduk Jawa Barat ialah Suku Sunda, yang bertutur mengenakan Bahasa Sunda. Di Kabupaten Cirebon serta Kota Cirebon dituturkan bahasa Cirebon yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dengan dialek Brebes.

Warga asli Jawa Barat ialah suku Sunda serta Cirebon, sehingga bahasa yang digunakan tiap hari di Jawa Barat mayoritas bahasa Sunda serta Cirebon. Bahasa ini dipakai sebagian warga yang terletak di wilayah Priangan, Cirebon, serta daerah- daerah lain di sekitarnya.

Kebudayaan Sunda pula ialah salah satu kebudayaan yang tumbuh di Jawa Barat dengan bahasa utama ialah Bahasa Sunda.

Bagi sejarah akibat kekuasaan Kerajaan Mataram yang dahulu sempat menaklukkan daerah Jawa Barat pada abad XVII. Bahasa Sunda ini terbawa- bawa oleh bahasa Jawa. Akibat pengaruh ini dalam bahasa Sunda diketahui undak- usuk- basa.

Undak- usuk- basa merupakan metode konsumsi bahasa yang disesuaikan dengan tingkatan sosial pemakai bahasa dalam warga. Hingga timbullah sebutan bahasa:

  • Kasar
  • Lagi lemes( halus)
  • Cohag ataupun agresif pisan( sangat agresif)
  • Luhur ataupun lemes pisan( sangat halus)

Yang konsumsinya disesuaikan dengan orang yang diajak berdialog.

Dalam bahasa Sunda diketahui pula dengan sebagian dialek. antara lain:

  • Bogor( Karawang)
  • Priangan
  • Cerbon.

Tiap dialek tersebut memiliki karakteristik khas sendiri- sendiri.

Rumah Tradisional Jawa Barat

Berikut ini sebagian rumah adat tradisional Jawa Barat

  • Imah Badak Heauy: Rumah adat Jawa Barat yang satu ini mempunyai makna ataupun arti badak yang lagi menguap. Rumah adat Badak Heuay ini masih banyak ditemukan didaerah warga Sukabumi.
  • Rumah Togog Anjing: Rumah Togog Anjing memiliki makna selaku anjing yang lagi duduk. Desain rumah semacam ini ialah karakteristik khas rumah warga Garut.
  • Imah Julang Ngapak: Imah Julang Ngapak maknanya ialah burung yang lagi mengepakkan sayapnya. Desain rumah ini banyak dipakai didaerah Tasikmalaya
  • Imah Jolopong: Rumah adat Jolopong ini sangat banyak dibentuk oleh warga didaerah Garut.
  • Imah Parahu Kumereb: Ada di wilayah Ciamis
  • Imah Capit Gunting: Capit maksudnya mengambil suatu benda dengan dijepitkan. Sebaliknya Gunting sama maksudnya dengan pisau yang menyilang.
  • Lengkong: Ada di wilayah Garangwangi Kuningan.
  • Citalang: Ada di wilayah Kabupaten Purwakarta.

Arsitektur rumah merupakan perihal peting buat mencerminkan kebudayaan. Rumah tradisional yang rata- rata memiliki tempat ataupun ruang pertemuan yang luas. Mayoritas rumah adat suku Sunda asli ini berupa panggung. Hingga dikala ini rumah adat ini masih banyak di jumpai di sebagian tempat di Jawa Barat.

Rumah adat Sunda pada biasanya biasa dipecah jadi 3 bagian utama ialah:

  • Bagian depan merupakan teras.
  • Bagian tengah diucap tengah imah serta kamar tidur.
  • Bagian balik berbentuk dapur ataupun pawon serta pedaringan ataupun goah. Rumah adat ini umumnya memiliki taman depan& balik.

Wujud Rumah adat Sunda yaitu

  • Berupa segi 4 agak memanjang.
  • Kerangka rumahnya dibuat dari kayu.
  • Atap( hateup) rumahnya dibuat dari ijuk ataupun daun rumbia.
  • Bilik rumah adat tersebut dibuat dari dinding, ialah irisan bambu yang dianyam dengan pola kepang ataupun sasag.
  • Lantai rumah dibuat dari palupuh.
  • Tiang- tiang penyangga rumah beralaskan batu yang diucap tatapakan.
  • Lapisan rumah adat Jawa Barat ini memanjang dengan arah barat- timur, serta pintunya menghadap arah utara- selatan. Perihal ini bertujuan supaya tidak menentang arah ekspedisi matahari ataupun kehendak alam.

Baju Tradisional Jawa Barat

Pada biasanya yang diketahui warga Jawa Barat baju tradisional mereka di untuk jadi sebagian bagian serta bersumber pada kalangan warga semacam:

  • Pakaian pangsi serta kebaya sunda di tambah kain kebat( kalangan rakyat biasa)
  • Pakaian bedahan serta kebaya( kalangan rakyat menengah)
  • Jas beludru sulam benang emas( kalangan rakyat bangsawan)
  • Beskap( buat mojang serta jajaka)
  • Baju adat pengantin sunda
  • Pakaian adat sunda buat anak- anak

Baju adat Jawa Barat pada biasanya dikelompokkan jadi 2, ialah:

  • baju adat style Priangan
  • baju adat style Cirebon.

Baju adat Priangan serta Cirebon memiliki sebagian persamaan serta perbandingan. Berikut ini persamaan serta perbandingan baju adat dari ke 2 suku tersebut.

Baju Adat Perempuan

  • Wanita Priangan mengenakan kebaya surawe, namun kalangan wanita Cirebon mengenakan pakaian sorong ataupun pakaian kurung.
  • Kalangan wanita Priangan serta Cirebon mengenakan kain batik yang dililitkan di bagian dasar tubuh, dari pinggang sampai pergelangan kaki.
  • Wanita Priangan serta Cirebon dari kalangan rakyat mengenakan peralatan semacam gelang emas ataupun perak, gelang bahar, suweng pelenis emas ataupun perak, ali meneng, serta sandal.
  • Sebaliknya kalangan perempuan bangsawan Priangan serta Cirebon mengenakan peralatan baju semacam kalung emas, gelang emas, giwang emas, dan selop dengan hiasan manik- manik di bagian ujungnya.

Baju Adat Laki- Laki

  • Pria biasa Priangan serta Cirebon mengenakan kain sarung poleng ataupun polekat yang dikerudungkan serta diikatkan ataupun dililitkan pada pinggang.
  • Pria Priangan serta Cirebon mengenakan celana komprang yang berhiaskan pasmen.
  • Pria Priangan serta Cirebon mengenakan iket buat penutup kepala.
  • Pria rakyat biasa Priangan serta Cirebon mengenakan peralatan baju semacam cincin emas, rantai emas ataupun perak dengan liontin dari kuku harimau selaku hiasan jas pada bagian dada, serta sepatu ataupun selop.

Read More

“Terima Kasih” Cerminan Kearifan Budaya Indonesia

Terima kasih pak, terima kasih bu, terima kasih mas, serta seterusnya merupakan kata ringan yang terkadang berat serta susah di ucapkan. Mengapa? Sementara itu dalam bermacam peluang kita telah terbantukan oleh orang yang sepatutnya menerima perkataan Terima Kasih dari kita. Banyak orang menyangka sepele serta apalagi seolah- olah tidak butuh buat mengucapkannya. Sebabnya bermacam berbagai, terdapat yang ialah tabiat kesombongannya, terdapat yang kurang ingat sebab memanglah lagi tergesa- gesa buat melaksanakan suatu yang lain.

Orang luar negeri, nyaris tidak sempat mengucap kata terima kasih ataupun dalam bahasa Inggris- nya thanks ataupun thank you, tiap mereka mengakhiri pembicaraan dengan orang lain. Sehingga perkata itupun jadi salah satu kata dalam bahasa Inggris yang sangat sering di dengar di kuping orang Indonesia. Dari anak kecil hingga orang tua, dari orang- orang di pelosok hingga orang- orang yang terletak di kota. Apalagi tidak tidak sering mereka pula mengucapkan doa buat lawan bicaranya semacam misalnya mudah- mudahan berhasil( good luck, be lucky), jaga kesehatan( be healty), hati- hati( take care, be careful).

Tetapi mengapa kita orang Indonesia yang kerap kali tidak mengucapkan kata terima kasih itu. Sementara itu katanya orang Indonesia mempunyai ramah tamah serta sopan santun yang besar. Apakah ini suatu fenomena kemerosotan moral pula ataupun memanglah sebab telah sangat padat jadwal sehingga tidak memiliki waktu 5 detik saja buat mengucapkan kata terima kasih itu.

Sementara itu dengan mengucapkan terima kasih atas apa yang sudah di bagikan orang lain kepada kita, kita hendak merasa sesuatu nikmat hidup selaku makluk sosial yang hidupnya silih tolong membantu diantara sesama. Sedangkan orang yang membantu ataupun membagikan suatu kepada kita tambah lebih Ikhlas, maksudnya terdapat bonus amal ibadah menurutnya.

Mengucapkan terima kasih sesungguhnya bukanlah berat bila telah jadi sesuatu Kerutinan, serta membentuk suatu jadi kebiasaanlah yang terkadang sangat berat. Nyaris sama halnya mengarahkan suatu yang baru kepada anak kecil serta itu memerlukan waktu serta kesabaran yang besar buat pencapaiannya.

Kebiasaan- kebiasaan baik yang berkembang dalam warga sangat di mempengaruhi oleh sebagian perihal semacam:

Adat istiadat, ialah kebiasaan- kebiasaan yang mencuat serta berkembang dalam kehidupan tiap hari. Yang berkembang serta tumbuh di tengah keluarga serta warga yang senantiasa bersahaja dengan tata karama yang tumbuh bersamaan dengan berkembangnya ilmu serta akhlak. Perihal ini pula di karenakan oleh landasan ilmu agama yang kokoh di tengah keluarga serta warga. Memulainya pun merupakan dari hal- hal yang kecil serta dari diri sendiri ataupun keluarga sendiri.

• Area, merupakan seluruh perihal yang terletak di sekitar kita yang dapat pengaruhi tingkah laku serta Kerutinan kita. Baik itu ialah area sekolah, kantor ataupun rukun orang sebelah( RT) ataupun tempat berkegiatan yang lain. Semacam pasar, halte, serta sebagainya. Perihal ini pula hendak sangat pengaruhi tingkah laku serta tata metode berbicara kita. Misalnya, anak kecil yang umumnya jika terletak di rumah senantiasa bicara dengan tata krama serta sopan santun yang bagus, tetapi seketika sesuatu hari kita mendengar ia mengomentari suatu dengan kata yang agresif ataupun jorok dimana lebih dahulu tidak sempat kita mendengar apa lagi kita ajarkan, keluar dari mulutnya. Apa yang terpikirkan oleh kita?.

Tentu kita hendak berpikir sang anak memperoleh istilah- istilah itu dari sekolahnya ataupun dari kawan- kawan yang terdapat di komplek perumahan tempat kita tinggal. Demikian pula kebalikannya bila sang anak kita ajarkan, kita didik di tempat serta sekolah yang menonjolkan nilai agama yang kokoh dengan kualitasnya yang tidak diragukan lagi, hendak sangat berbeda dengan bila kita menempatkan anak kita di sekolah yang( maaf) mengajarnya ala bandit. Ataupun contoh lain, kita mendengar, memandang seorang yang bertingkah tidak semacam orang- orang yang mempunyai sopan santun. Hingga kita tentu hendak mengomentarinya dengan perkata semacam,“ orang itu bekerja di situ, ataupun orang itu memanglah keluarganya semacam itu seluruh” serta sebagainya.

Secara garis besar hal- hal semacam itu hendak kita temui dalam warga. Tinggal saat ini gimana kita mempraktekkan hal- hal yang baik serta pantas buat kita terapkan, wajib kita terapkan saat ini pula. Hal- hal yang kurang baik serta tidak pantas kita jalani pula wajib kita tinggalkan.

Gimana dengan perilaku kamu bila sesuatu waktu di tengah malam kamu tidak mempunyai kendaraan buat kembali ke rumah, seketika terdapat orang sebelah yang melalui serta membagikan kamu tumpangan buat kembali bersama dengan ia. Apakah kamu tidak hendak mengucapkan terima kasih kepada orang tersebut? Serta saat ini kita berandai, gimana bila orang tersebut merupakan kamu. Ataupun gimana bila orang tersebut tidak melalui serta tidak mengajak kamu buat kembali bersama dengannya. Dapat jadi kamu hendak jalur kaki lumayan jauh ataupun kamu hendak menginap di hotel yang tidak jauh dari tempat kamu tersebut yang berarti pula kamu hendak menghasilkan duit buat bayaran tersebut serta seterusnya- dan seterusnya.

Dari sisi lain, tata krama serta sopan santun kamu selaku makluk sosial sangatlah pantas buat dipertanyakan. Saat ini ayo kita coba buat berempati, gimana bila yang membantu itu merupakan diri kamu, apa yang terpikirkan oleh kamu bila setelah kamu membantu orang, kamu di tinggalkan begitu saja oleh orang tersebut tanpa mengucapkan terima kasih ataupun apalagi tanpa mengucapkan sepatah katapun kepada kamu. Mungkin dongkol merupakan sangat besar sekali.

Selaku inti kasus kita lebih dahulu, kalau buat mengatakan rasa terima kasih atas apa yang sudah di bagikan orang lain kepada kita, hingga kebiasaan- kebiasaan tersebut wajib di wujud semenjak dini serta dari area yang kecil dan dari diri sendiri.

Hal- hal yang pula wajib senantiasa di ingat dalam hidup bermasyarakat merupakan perilaku silih merasakan apa yang di rasakan oleh orang lain( empati). Kita hendak berlagak kebalikan terhadap apa yang tidak kita senangi dari orang lain serta tidak cocok dengan kaidah- kaidah serta norma- norma sosial yang lain.

Keuntungan yang bisa jadi kita peroleh dari perilaku ramah tamah kita hendak banyak sekali.

• Selaku orang tua yang mempunyai anak yang sopan, ramah kamu pasti hendak memperoleh banyak pujian tulus dari orang- orang di dekat kamu.

• Selaku makhluk sosial biasa yang tentu kamu hendak memperoleh senyum dari sang wanita menawan, dari laki- laki tampan, dari sang bunda yang anggun ataupun dari sang ayah yang sangat berwibawa.

• Selaku seseorang guru kamu hendak banyak di senangi murid

• Selaku seseorang karyawan kamu hendak banyak di senangi rekan kerja serta pelanggan.

• Selaku owner toko, kamu hendak banyak di senangi orang lain dengan sendirinya hendak banyak mendatangkan pelanggan- pelanggan baru.

• Selaku orang yang belum silih kenal- mengenal, kamu bisa jadi hendak memperoleh teman baru, keluarga baru, pekerjaan ataupun apalagi bisnis baru.

Read More

Lagu Daerah Malang Pancen Rame Khas Jawa Timur

Lagu daerah Malang Pancen Rame memiliki sejarah penulisan liriknya. Sejarah lirik Lagu Daerah Malang Pancen Rame Khas Jawa Timur menceritakan tentang keistimewaan kota Malang yang menyajikan banyak keindahan untuk para wisatawan.

Malang sudah dikenal memiliki wisata alam dan buatan yang berlimpah.

Keistimewaan tersebut akhirnya dituangkan oleh Buri Hendika Kurniawan pada lagu daerah yang diberika judul Malang Pancen Rame.

Berikut lirik lagu Malang Pancen Rame khas Jawa Timur:

Malam minggu mlaku-mlaku sak kancane
Alun-alun wayah sore pancen rame
Mudo-mudi gegojekan sak kancane

Sing dho pacaran gandhengan tangan cek mesrane

Kutho malang kuthone pancen rame
Pasar Induk Gadang panggonane
Kulon lun alun ngeglok Masjid Jami’e
Ojo lali Arjosari terminale


Tahu tempe Sanan panggonane
Jalan Lombok terkenal soto ayame
Nyami’ane kripik singkong jik nyamplenge
Aremania wis kondang sepakbolae

(*) Pantai wisata ora ketinggalan
Papan kang edi ugo tempat pemandian
Balekambang kesuwur neng Kutho Bathur
Sendang Biru ning Sumber Manjing ojo kliru

Songgoriti manggon ning kutho Batu
Coban Rondho ning Pujon pancen ono
Bajul Mati mas pancen ndundut ati
Ojo bingung kowe kari pilih ngendi


Yen ora ngandel ceritaku iki
Bukteake kutho malang pancen asri
Wus kondang kaloko kuto malang iki
Yen tindak mriko kulo jamin pengen kari

Read More

Pantangan Budaya Jawa Wajib Kalian Ketahui

Bila kita membicarakan mitos yang terdapat dalam peradaban warga Jawa pada spesialnya, hingga hendak terdapat banyak sekali mitos yang telah dipercayai secara turun- menurun.

Pada mitos- mitos tersebut tersirat pesan moral yang terencana disamarkan.

Nasehat yang terdapat di dalam mitos tidak dicetuskan secara lugas serta terus cerah, namun cuma memakai bahasa aradan ataupun petunjuk perbuatan.

Terdapat sebagian mitos yang hingga dikala ini masih banyak dipercayai serta dicoba oleh warga Jawa.

Sebagian mitos di atas memiliki pesan- pesan yang tersamarkan. Perihal ini membuat orang awam yang tidak ketahui jadi bimbang.

Dari mitos- mitos tersebut sesungguhnya nampak kalau mitos memiliki nasihat yang bermanfaat buat kelangsungan hidup manusia.

Tidak hanya itu pula ialah pembelajaran etika budaya yang diajarkan oleh orang tua kepada anak- anaknya di warga Jawa.

30 pantangan/ pamali dalam budaya tersebut merupakan:

  1. “ora ilok tudung kukusan, mundak dicaplok boyo” yang berarti wadah menanak nasi tidak boleh digunakan sebagai topi.
  2. ”ora ilok mbuwang tumo” yang berarti tidak boleh membuang kutu ke lantai.
  3. “ora ilok ngideki lante” artinya tidak boleh menduduki tikar yang tergulung karena membuat cepat rusak.
  4. “ora ilok jendelo mengo” artinya tidak boleh membuka jendela pada malam hari.
  5. “ora ilok pajang tanpo semir” artinya tidak boleh membiarkan bantal tidak menggunakan sprei.
  6. “ora ilok kasur tanpo pramada” berarti tidak baik memakai kasur tanpa sprei.
  7. “ora ilok ngandut tampah” berarti tidak boleh wanita hamil menduduki wadah makanan.
  8. “ora ilok lumbung tanpo dhasar” artinya tidak baik lumbung padi yang diak diberi daun pada dasar bangunannya.
  9. “ora ilok sumur ing ngajengan” artinya tidak baik membuat sumur di halaman rumah.
  10. “ora ilok pawon mangetan” artinya tidak baik dapur menghadap ke timur.
  11. “ora ilok nggites ngenggon” artinya tidak baik membunuh kutu kepala saat masih berada di kepala.
  12. “ora ilok lung ngajeng” artinya tidak baik memenanam semak semak di depan rumah.
  13. “ora ilok pawuhan celak wismo” artinya tidak baik tempapat pembuangan sampah dekat rumah.
  14. “ora ilok ngingah dandang” artinya tidak baik memelihara burung gagak.
  15. “ora ilok nyapu dalu” artinya tidak baik menyapu pada malam hari.
  16. “ora ilok kurep adjang” artinya tidak baik jika tidak langsung mencuci piring.
  17. “ora ilok woh obong” artinya tidak baik membahar sampah yang belum kering.
  18. “ora ilok ngadhep uwuh” artinya tidak baik tidak membuang sampah dengan segera.
  19. “ora ilok uncal uwuh” artinya tidak baik melempar sampah melalui jendela.
  20. “ora ilok mangan worek” artinya tidak baik makan dengan rambut yang masih acak acakan.
  21. “ora ilok tan sesawur” artinya tidak baik tidak pernah sedekah.
  22. “ora ilok tan memulek” artinya tidak baik tidak pernah mendoakan orang tua.
  23. “ora ilok anjangkar” artinya tidak baik memanggil orang tua dengan sebutan tidak sopan.
  24. “ora ilok wismo bangbangan “artinya tidak baik membuat rumah dengan barang bekas.
  25. “ora ilok durung mantu wes gawe omah” artinya tidak baik belum menikah tapi sudah serumah.
  26. “ora ilok sanggar cungkup” artinya tidak boleh membangun rumah dengan bahan bekas cungkup makam.
  27. “ora ilok ora ilok respati sukro” artinya tidak baik berhubungan badan pada kamis malam.
  28. “ora ilok mantu pawon” artinya tidak baik menikahkan seseorang didapur.
  29. “ora ilok usap wastra” artinya tidak baik mengusap tubuh yang kotor hanya dengan kain.
  30. “ora ilok kandang omah” artinya tidak baik memasukkan hewan peliharaan kedalam rumah.

Read More

Permisi…. Budaya Bangsa yang Mulai Memudar

Tatakrama ataupun sopan santun sangat berarti di kehidupan berbudaya masyarakat Indonesia. Bisa jadi sebagian orang tua kita mengarahkan kepada anak- anaknya apa yang diucap tatakrama/ sopana santun. Contoh kecil dari sopan santun itu semacam mengucapkan kata permisi kala kita melewati sekumpulan orang yang kita lewatkan. Serta saat ini telah nyaris tidak sering yang masih mengucapkan permisi.

Semacam dalam tatakrama sunda biasa bilang punten, sambil tangan kanan agak kebawah, yang membuktikan rasa kesopanan kala ia hendak melewat. Nah orang tua dahulu kita mendidik kita biar menjunjung besar kesopanan itu. Semacam di sunda kalo orang yang melalui tetapi tidak mengucapkan kata punten, mereka seperti hayam yang melalui( Ayam yang nyelonong melalui tanpa tau tatakrama).

Nah di jaman saat ini ini, banyak orang yang tidak memperdulikan etika tatakrama semacam ini, yang dianggapnya tidak sangat berarti. Contoh kecilnya kala aku lagi duduk duduk bersama sahabat sahabat di tempat biasa nongkrong, terdapat seseorang wanita yang melalui di depan aku tanpa mengucapakan kata permisi ataupun sedikit senyum kepada orang yang dilewatinya. Ia cuma berjalan lurus semacam tidak terdapat orang yang sudah dia lewatinya.

Apakah berartinya sih mengucapakan kata permisi ataupun punten. Bisa jadi dari perihal kecil semacam ini kita bisa memandang tatakrama seorang terhadap area sekitarnya. Bangsa ini yang sudah diketahui dunia dengan sopan santun serta tata kramanya yang sangat dijunjung besar di Negeri ini, saat ini mulai memudar dengan perilaku individualisme/ pengaruh dunia barat yang telah mencampuri orang orang kita saat ini.

Ayo kita senantiasa jaga supaya bangsa ini senantiasa memiliki sopan santun serta tatakrama yang dijunjung besar. Mulai dari diri kita sendiri.

Read More