Keduk Beji : Ritual Khas Ngawi Mengusri Pagebluk
Ratusan warga Desa Tawun Kecamatan Kasreman, Ngawi menggelar ritual keduk beji. Keduk beji merupakan adat warga setempat yang dipercaya mampu mengusir pagebluk atau wabah bencana.
“Ini acara ritual keduk beji yang rutin dilakukan setiap tahun untuk mengusir pagebluk (musibah),” ujar salah sat panitia keduk beji, Supomo (70) kepada wartawan.
Acara keduk beji, kata Supomo, yakni menguras air di bangunan menyerupai kolam yang ada sumber mata air. Air yang dikuras tersebut biasanya untuk kebutuhan pertanian warga setempat.
“Kalau ndak diuri-uri (lestarikan), sawah tidak ada airnya. Kita keduk beji (menguras) supaya air tetap mengalir,” katanya.
Supomo mengatakan masyarakat Desa Tawun setiap tahun rutin menggelar ritual keduk beji karena pernah terjadi pageblug saat ditiadakan. Harinya pun ditentukan Selasa Kliwon dan dipilih setahun sekali.
“Harinya Selasa Kliwon setiap tahun di peringati keduk beji. Pernah kejadian pagebluk (musibah penyakit). Yen wong Jowo isuk loro sore mati (kalau orang Jawa pagi sakit sore meninggal),” paparnya.
Supomo mengatakan ritual keduk beji diawali dengan mengambil air sendang yang kemudian dimasukkan ke sebuah kendi kecil oleh dua penyelam. Dua penyelam tersebut termasuk dirinya usai mengambil air diteruskan prosesi menguras air oleh warga.
“Ini kendi di dalamnya diisi air tape. Kita berdua juru selam mengawali mengambil air dengan dua kendi kecil ini,” imbuhnya.
Pantauan detikcom acara ritual keduk beji yang biasanya berlangsung lama, kini hanya sekitar 1 sampai 2 jam mulai pukul 10.00 hingga pukul 12.00 WIB. Warga mengikuti ritual Keduk Beji di Sumber Air Sendang di desa tersebut.
Ritual Keduk Beji digelar tiap tahun setiap hari Selasa kliwon antara bulan 7 hingga bulan ke 12. Dalam ritual tersebut warga juga menikmati daging kambing guling yang dibakar. Kambing tersebut bukan sembarang kambing melainkan kambing jenis kendit alias memiliki bulu dua warna.
“Kambing harus kendit dua warna yakni seperti sabuk putih atau hitam melingkar di perut,” tandasnya.
Selain menguras sumber air, warga juga berebut dua buceng yang berisi nasi dan lauk pauk yang dilarungkan ke sumber air tersebut.